Hi, guest ! welcome to Yahoo!. | About Us | Contact | Register | Sign In

Garis Besar Program Kerja Gereja Kemah Injil (KINGMI) di Tanah Papua

GARIS BESAR PROGRAM GEREJA KEMAH INJIL (KINGMI) DI TANAH PAPUA


I. PENDAHULUAN

A.      Pengertian

Garis Besar Program Kerja Gereja Kemah Injil (KINGMI)  ini merupakan konsep yang bersifat komprehensif, mendasar, terpadu, dan strategik yang akan menjadi pedoman bagi badan-badan pelaksana/pekerja baik pilihan Konferensi Sinode maupun pilihan persidangan dalam semua lingkup pelayanan Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanaha Papua. Sebagai bahan yang bersifat mendasar dan strategik, PROGRAM KERJA  ini merupakan garis besar program kebijakan yang mengambarkan arah perjalanan kehidupan dan kegiatan persekutuan, pelayanan dan kesaksian Gereja Kemah Injil (Kingmi) dalam mengemban amanat Agung, tugas dan panggilan di tengah tengah medan pelayanannya.

PROGRAM KERJA  merupakan hasil refleksi dan analisis atas pergumulan, pengalaman, dan pemikiran Gereja Kemah Injil (Kingmi) hingga hari ini. Hal itu terungkap secara jelas melalui usul-usul yang sudah digumuli mulai pada Rapat Tahunan di Jemaat, Persidangan Rapat Kerja Klasis, Persidangan Rapat Kerja Sinode. Usul-usul itu diajukan kepada Sidang Rapat Kerja Sinode I, II dan III ini untuk dibahas dan disahkan pada Konferensi Sinode IX.

PROGRAM KERJA  ini masih harus dirinci ke dalam jenis-jenis kegiatan dan dirancang untuk 1 (satu) periode pelayanan Gereja Kemah Injil (Kingmi) tahun 2010-2015.

B.      Maksud

Program Kerja  dimaksudkan untuk menetapkan arah kebijakan program pengembangan Gereja Kemah Injil (Kingmi) 2010-2015 yang akan menjadi acuan pelaksanaan tugas dan fungsinya melalui segenap jajaran unit kerja dan semua lingkup pelayanannya (Badan Pengueus Sinode, Badan Pengurus Klasis, Badan Pengurus Jemaat, dan seluruh Pelayanan Kategorial), secara terencana, terkoordinasi, terpadu, utuh, dan menyeluruh.

C.      Tujuan

  1. Menjadi landasan konseptual yang menghubungkan visi dan misi Gereja Kemah Injil (Kingmi) yang bersifat ideal, teologis, filosofis, dengan praktik pelayanan yang bersifat operasional, konkret, dan empirik di jemaat-jemaat.
  2. Memelihara kesinambungan dan keserasian pelayanan Gereja Kemah Injil (Kingmi) dalam rangka pencapaian visi dan misi secara efektif, efisien, dan utuh.
  3. Menjadi pedoman dalam menyusun, melaksanakan, dan mengarahkan rencana kegiatan pelayanan Gereja Kemah Injil pada semua lingkup pelayanan dalam kurun waktu 2010-2015.

D.   Landasan Penyusunan Pokok Program Kerja Gereja         Kemah Injil (Kingmi)

  1. Alkitab.
  2. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua.
  3. Peraturan Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua.
  4. Keputusan-keputusan Konferensi, Raker, Gereja Kemah Injil (Kingmi).
  5. Keputusan Konferensi dan Raker
  6. Laporan Pertanggungjawaban Badan Pengurus Sinode Gereja Kemah Injil (Kingmi), di Tanah Papua Tahun 2010.

E.       Sumber-sumber Materi Program Kerja Gereja

Sumber bahan utama Program Kerja Kingmi ini ialah masukan dari semua jemaat Gereja Kemah Injil (Kingmi) melalui usul-usul yang berasal dari sidang-sidang Majelis Gereja Kemah Injil (Kingmi) di jemaat-jemaat, lalu diteruskan ke Sidang-Sidang klasis, dan selanjutnya dibahas di Sidang-sidang Rapat Kerja Sinode ke-1, ke-2, ke-3 dan ke-4 Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua. Rapat Kerja Sinode ke-4 di Hotel Numbai tanggal, 22 s.d. 26 Oktober 2009 membahas usul-usul dari peserta Raker dan ditampung dan yang dianggap memerlukan pembahas­an pada Konferensi Sinode IX, dan selanjutnya Badan Pengurus Sinode merangkum dan diteruskan pada Konferensi Sinode IX dalam bentuk rancangan Program Kerja. Di samping itu, usul-usul juga datang dari BPS Gereja Kemah Injil (Kingmi) termasuk dari Unit-unit Kerja dan usul-usul yang muncul dalam Rapat Departemen tingkat Sinode dan Biro Klasis dalam tahun pelayanan 2006-2009.

Selain usul-usul itu, materi yang dibuat oleh Panitia Pengarah (Penjelasan tema-subtema dan Pokok-pokok Tugas Panggilan Gereja Kemah Injil (Kingmi) 2010-2015) juga menjadi sumber utama Program Kerja ini.
Untuk mempertahankan keberlanjutan program dan pelayanan dalam Gereja Kemah Injil (Kingmi), maka  Keputusan Konferensi GKII Wilayah VIII di Nabire dari tanggal, 26-29 Juli 2006 tetap dipedomani.
Masukan saran dan usul, merupakan pembanding & pemerkaya Materi Konferensi Sinode IX yang telah secara khusus digumuli demi pengembangan dan kemajuan Gereja Kemah Injil (Kingmi) masa depan.

II. GEREJA KEMAH INJIL (KINGMI) BERJALAN DALAM IMAN

A.    Selintas Mulainya Gereja Kemah Injil

Visi Gereja Kemah Injil (Kingmi) berawal dari Visi Dr. Albert Benyamin Simpson, pendiri The Christian and Missionary Alliance (C&MA). Albert Benyamin Simpson seorang keturunan Skotlandia, lahir pada tahun 1843 di Kanada dan dibaptis di Gereja Presbiterian Kanada ketika ia masih bayi. Pada tahun 1865, Benyamin ditahbiskan menjadi Pendeta Gereja Presbiterian tersebut.
Pelayanan Albert Benyamin Simpson dan Rumah Ibadat ”KEMAH”

Di New York, para gelandangan, peminta-minta, pemabuk, pelacur, dan penganggur – sering tampak berkeliaran di sekitar gedung-gedung gereja yang mewah. Simpson merasa prihatin melihat mereka dan juga beberapa lingkungan di kota besar itu, yang penduduknya tidak pernah mengunjungi gereja mana pun. Simpson memberitakan Injil kepada mereka dan berhasil memenangkan beberapa orang di antaranya. Ketika ia mengusulkan kepada Badan Pengurus Jemaat, agar sekitar 100 orang kristen baru ini diterima sebagai anggota resmi, usulnya itu ditolak. Alasan yang diberikan adalah bahwa orang-orang kristen baru ini berasal dari golongan masyarakat rendah. Simpson mulai menyadari betapa sulitnya mencapai orang banyak kalau ia tetap berada di gerejanya. Setelah bergumul dalam doa selama satu minggu, Simpson akhirnya memutuskan untuk meminta izin keluar dari keanggotaan gerejanya dan menjadi penginjil lepas. Simpson berpisah dengan mereka dengan penuh pengertian. Kemudian Simpson memberitahukan maksudnya, bahwa ia ingin membuka pos penginjilan di antara orang-orang yang di luar jangkauan gereja itu. Ia menyewa sebuah ruangan di salah satu balai pertemuan yang letaknya mudah dijangkau oleh orang banyak.

Albert Benyamin Simpson adalah seorang pelayan Tuhan yang dipakai Allah secara luar biasa, sangat terbukti dari hasil pelayanannya di dalam jemaat-jemaat yang pernah digembalakannya. Namun hal itu tidak menjadikannya sombong. Simpson sama sekali tidak ingin dikenal sebagai pendiri sebuah gereja baru. Keputusan Simpson untuk menjadi seorang penginjil lepas pun sungguh merupakan suatu langkah iman. Dalam waktu delapan (8) tahun, Simpson dan para pengikutnya dapat membangun sebuah tempat permanen sebagai rumah ibadat mereka. Uniknya rumah ibadat ini diberi nama TABERNACLE atau KEMAH.

Asal-Usul Nama KEMAH INJIL : Albert Benyamin Simpson membangun gedung gereja, tempat beribadat dengan memakai pola pembangunan seperti Kemah Sembahyang yang didirikan oleh Musa di padang gurun (Keluaran 25-27 dan 33:7 – Kemah Sembahyang disebut juga ”Kemah Suci” dan ”Kemah Pertemuan”). Walaupun keadaannya serba sederhana, namun Simpson yakin bahwa Allah tetap hadir dan berkenan ditemui di sana.

Simpson percaya bahwa Yesus Kristus akan datang kembali ke dunia ini setelah semua bangsa diinjili (Matius 24:14 – dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya”). Sebab itu yang paling penting bagi Simpson ialah PENGINJILAN, bukan pembangunan. Ia berpendapat, lebih baik dana yang ada dipakai untuk mengirim utusan-utusan Injil ke pelosok-pelosok bumi, ke tempat-tempat yang belum mendengar tentang Yesus Kristus daripada membangun rumah ibadat yang megah. Inilah dasar pemikiran Simpson mendirikan dua buah Rumah Ibadat yang disebut KEMAH  dibangun pada tahun 1876 di Louisville, Amerika Serikat, dan the Gospel Tabernacle (Kemah Injil) dibangun pada tahun 1888 di New York). Dari sinilah asal-usul nama KEMAH INJIL atau THE GOSPEL TABERNACLE.

B.    Selintas Persidangan (Sinode) dalam sejarah Gereja Kemah Injil (Kingmi)

            Untuk mendapatkan gambaran selintas perjalanan Gereja Kemah Injil (Kingmi) hingga kini, berikut ini akan dikemukakan secara singkat informasi persidangan-persidangan sinode yang pernah dilakukan sejak terbentuknya organisasi Gereja Kemah Injil (Kingmi) pada tanggal 6 April 1963 sampai dengan tahun 2010, disusun oleh BPS Gereja Kemah Injil (Kingmi)).
  1. SINODE I  Dilaksanakan di Ilaga pada tanggal 6 April 1963. Nama KINGMI disepakati sebagai nama untuk persekutuan pengikut Yesus Kristus dari hasil pemberitaan Injil Di Tanah Papua.
  2. Konferensi Sinode II Dilaksanakan di …………… pada tanggal …………….. 19…….. Pada sidang sinode ini pengurus sinode yang terpilih adalah
  3. Konferensi Sinode III Dilaksanakan di …………… pada tanggal …………….. 19…….. Pada sidang sinode ini pengurus sinode yang terpilih adalah
  4. Konferensi Sinode IV Dilaksanakan di …………… pada tanggal …………….. 19….. Pada sidang sinode ini pengurus sinode yang terpilih adalah
  5. Konferensi Sinode V Dilaksanakan di …………… pada tanggal …………….. 19…… Pada sidang sinode ini pengurus sinode yang terpilih adalah
  6. Konferensi Sinode VI Dilaksanakan di …………… pada tanggal …………….. 19……. Pada sidang sinode ini pengurus sinode yang terpilih adalah
  7. Konferensi Sinode VII Dilaksanakan di …………… pada tanggal …………….. 19…… Pada sidang sinode ini pengurus sinode yang terpilih adalah
  8. Konferensi Sinode VIII Dilaksanakan di …………… pada tanggal …………….. 19….. Pada sidang sinode ini pengurus sinode yang terpilih adalah
  9. Konferensi Sinode IX Dilaksanakan di …………… pada tanggal …………….. 19….. Pada sidang sinode ini pengurus sinode yang terpilih adalah
  10. Konferensi Sinode X Dilaksanakan di …………… pada tanggal …………….. 19….. Pada sidang sinode ini pengurus sinode yang terpilih adalah
  11. Konferensi Sinode XI Dilaksanakan di …………… pada tanggal …………….. 2002. Pada sidang sinode ini pengurus sinode yang terpilih adalah
  12. Konferensi Sinode XII Dilaksanakan di …………… pada tanggal …………….. 2006 Pada sidang sinode ini pengurus sinode yang terpilih adalah:
  13. Konferensi Sinode XIII Dilaksanakan di …………… pada tanggal …………….. 2010 Pada sidang sinode ini pengurus sinode yang terpilih adalah

C.    Bentuk Pemerintahan Gereja Kemah Injil (Kingmi)

Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua dalam menata kehidupan dan pelayanan jemaat (gereja) menerapkan bentuk kelembagaan Presbiterial-Sinodal, dengan penjelasan sebagai berikut:
Presbiterial berarti cara pengaturan atau penataan hidup dan pelayanan gereja yang dilaksanakan oleh para presbiteroi (Yunani: presbute,roi) yang dalam pengertian Gereja Kemah Injil (Kingmi) meliputi Pendeta dan Penatua dalam satu jemaat.

Sinodal berasal dari kata Yunani sun hodos berarti berjalan bersama, yang diwujudkan dalam proses pengambilan keputusan atau perumusan kebijakan oleh Majelis Gereja dari seluruh Jemaat yang berhimpun bersama-sama (Klasis dan Sinode).
Jadi Bentuk-Presbiterial Sinodal mengandung pengertian sebagai berikut:
  1. Pengaturan tata hidup dan pelayanan gereja dilaksanakan secara bersama oleh para presbiteroi (Pendeta dan Penatua) dalam satu jemaat, dengan keterikatan dan ketaatan kepada keputusan sinodal pada lingkup Jemaat, Klasis dan Sinode.
  2. Semua Majelis Gereja di jemaat-jemaat yang berada dalam lingkup kebersamaan yang bersangkutan bertanggung jawab penuh  melaksanakan seluruh keputusan persidangan sinodal.
  3. Badan-badan pelaksana yang diangkat oleh masing-masing persidangan sinodal bertanggung jawab:
    1. mengoordinasikan pelaksanaan keputusan-keputusan di jemaat-jemaat;
    2. melaksanakan keputusan yang dimandatkan kepadanya; dan
    3. mengambil inisiatif dalam menata kehidupan dan pelayanan gereja yang tidak bertentangan dengan AD/ART dan Peraturan Gereja Kemah Injil (Kingmi).

D.    Visi, Misi dan Strategi Gereja Kemah Injil (Kingmi)

VISI, MISI, STRATEGI & PROGRAM

GEREJA KEMAH INJIL (KINGMI)  DI TANAH PAPUA


“Berubah Untuk Menjadi Kuat”
Thema :  “Mewujudkan Pembaruan Yang Membawa Damai Sejahtera”
Visi dan Misi Pengembalaan/pelayanan ini tidak memprioritaskan satu aspek lebih utama dari yang lain. Visi ini mengingatkan bahwa Sinode di Tanah Papua mencakup perkotaan dan daerah terpencil yang beraneka ragam; dan setiap daerah memiliki situasi dengan kebutuhan dan tantangan masing-masing. Dengan demikian, Visi dan Misi ini menjadi acuan dalam menyusun rencana kerja bagi Sinode, Klasis dan Kelompok Kategorial tingkat Sinode dan Klasis.

Akhirnya, iman sungguh hidup bila diwujudkan dalam keterlibatan kita dengan umat atau masyarakat di manapun kita berada. Iman sungguh mandiri, tidak larut terseret oleh dunia, bila iman mampu menanggapi dan menggarami segala keprihatinan manusia dan dunia. Oleh karena itu, kita harus tetap terbuka dan solider dengan semua orang untuk membangun Kerajaan Allah. Itulah tugas kesaksian kita. Keberhasilan pedoman ini tergantung kepada kita semua. Semoga Allah Bapa merestui kita, menerangi kita dengan Roh Kudus-Nya, membimbing dan mengarahkan kita dengan teladan Yesus Kristus, supaya kita mampu bersama-sama mewujudkan cita-cita kita.
  1. 1.    VISI DAN MISI

  1. A.     Visi
Perjalanan Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua, dierah pelayanan  ini digerakkan dan sekaligus dilandasi suatu visi, yaitu suatu pandangan menyeluruh yang kita yakini mengenai APA (WHAT) yang harus kita hayati agar keberadaan kita sebagai Gereja menjadi berarti. Visi tersebut direfleksikan dalam terang iman kita dan dikontekstualkan dengan situasi setempat saat ini, juga dituntun oleh suatu misi, yaitu suatu panggilan tugas luhur yang kita emban BAGAIMANA (HOW) mewujudkan visi kita.

Visi Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua adalah Berubah Untuk Menjadi Kuat, sehat dan terbuka menuju pemberdayaan dan Kemandirian seutuhnya berdasarkan nilai-nilai Kerajaan Allah di bumi Papua menuju “Gereja yang lebih mandiri, terbuka, terlibat dan solider”

Sebagai bagian integral masyarakat Papua, Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua turut merasakan kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan masyarakat Di Tanah Papua, khususnya mereka yang miskin dan tersingkir sebagai akibat ketidakadilan dan penindasan yang berakar dalam hati manusia yang dirasuki dan dirusak oleh keserakahan, ketamakan dan egoisme. Kepedulian Gereja terhadap kehidupan mereka yang miskin dan tersingkir merupakan bukti kesetiaannya pada Yesus Kristus dan InjilNya.
  1. B.     Misi
    1. Untuk Memberitakan Injil Kerajaan Allah
    2. Membina SDM melalui pendidikan Umum dan Teologi
    3. Membina umat melalui pelayanan Sosial dan Ekonomi
Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua menjadi alat untuk membentuk warga Jemaat yang memiliki karakter yang mampu merubah system pola, watak, sikap, dan struktur pelayanan menuju warga jemaat yang mandiri dan sejahtera, agar umat Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua menjadi :
  1. 1.       semakin   memberdayakan   komunitas basis;
  2. 2.    menjadi semakin terbuka;
  3. 3.    menjadi semakin terlibat;
  4. 4.       menjadi semakin berpihak kepada dan solider dengan kaum miskin.
Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua ingin menjadi Gereja yang mandiri. Untuk itu, Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua berusaha untuk semakin memberdayakan komunitas basis, baik teritorial maupun kategorial, sehingga mampu menjadi umat beriman dewasa yang semakin menyadari potensi-potensi yang dimiliki, menyadari identitas dan panggilan sebagai garam, terang dan ragi di tengah masyarakat Di Tanah Papua (Mat. 5:13-16).

Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua ingin lebih terbuka terhadap Roh Kudus yang menuntun kita pada seluruh kebenaran (Yoh. 16:13), terhadap gereja-gereja lain, terhadap penganut agama lain dan penganut aliran kepercayaan, terhadap dunia dan masyarakat.

Sebagai umat Allah yang beriman dewasa, Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua, bersama semua orang yang berkehendak baik, berusaha untuk semakin terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat guna menegakkan Kerajaan Allah yang ditandai oleh keadilan, kasih, pengampunan, perdamaian, dan persaudaraan sejati.

Dalam kesetiaan kepada Yesus Kristus, Guru dan Gembala sejati, Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua bertekad untuk berpihak kepada dan solider dengan orang-orang miskin, tertindas, terpinggirkan dan tidak mampu bersuara dan bersama mereka, memperjuangkan keadilan sebagai bagian integral penginjilan Injil.
  1. C.     STRATEGI / SASARAN
Perubahan yang membawa kemandirian dan kesejahteraan bagi warga Gereja Kemah Injil  (Kingmi) Sinode Papua.
  1. D.     TUJUAN :
    1. Menghadirkan Nilai – Nilai Kerajaan Allah di Bumi
    2. Memberitakan Injil  Kerajaan Allah dan memuliakan Tuhan
    3. Meningkatkan kesejahteraan hidup warga gereja
    4. menggembalakan umat yang telah diselamatkan

  1. E.      FOKUS / SASARAN :
    1. Membangun Pemahaman Teologi Lokal
    2. Melindungi Hak – Hak Dasar Bangsa Pribumi
    3. Membenahi kehidupan keluarga Kristen agar mandiri
    4. Memberdayakan Kaum Profesional
    5. Membina dan mengembangkan kaum muda

  1. F.      FALSAFAH PELAYANAN :
Segala kegiatan Pelayanan Sinode Gereja Kingmi di Tanah Papua yang akan dilaksanakan berpusatkan pada Kristus Yesus sebagai Pendiri dan kepala Gereja (Matius 16 : 18).

  1. G.     SISTEM KERJA :
Saling melengkapi, saling melayani, saling bergantung, saling mengampuni dan bersatu hati bekerja bersama (I Korintus 12 : 12 – 28).

  1. H.     MODEL KEPEMIMPINAN
    1. Model Kepemimpin Tim
    2. Model Kepemimpinan Pemulihan (Perubahan)
    3. Model Kepemimpinan Hamba yang melayanan
    4. Model Kepemimpinan Hubungan dengan Tugas
  1. I.      ANALISIS  SWOT
Untuk mempertajam visi dan misi dalam menatalayani Sinode Gereja Kemah Injil Papua maka lewat analisis  SWOT ini dikemukakan kekuatan, kelemahan, tantangan dan peluang dari Gereja Kemah Injil Sinode Papua untuk dijadikan data yang akurat bagi pengembangan Gereja Kemah Injil  Sinode Papua ke depan.
  1. a.    Kekuatan
    1. Jumlah Umat sangat sangat besar
    2. Jumlah Jemaat dan Klasis Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Papua dan Papua barat sangat besar.
    3. Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia yang dimiliki Kingmi sangat banyak.
    4. Aset Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua cukup.
    5. Memiliki lembaga pendidikan, baik sekolah umum maupun sekolah teologi.
    6. Memiliki Landasan operasional Organisaasi atau AD/ART dan Peraturan Gereja
  1. b.    Kelemahan
    1. Belum dikelolah dan dimanfaatkan secara baik sumber daya alam yang dimiliki.
    2. Terbatasnya tenaga pengajar di sekolah-sekolah teologi maupun umum.
    3. Kurangnya sosialisasi hasil keputusan gereja kepada jemaat-jemaat.
    4. Rendahnya kualitas sumber daya manusia.
    5. Belum seragamnya Kurikulum, maupun kurangnya referensi bagi bagi pengembangan mutu pendidikan Kristen.
    6. Pengaruh budaya sangat kental, kuat didalam pemanfaatan pekerja gereja.
    7. Lemahnya disiplin gerejani.
  1. c.     Tantangan
    1. Akibat tuntutan ekonomi maka warga Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua yang memiliki tanah harus menjualnya kepada saudara-saudara yang tidak seiman dengan harga yang murah.
    2. Karena politik uang, maka jati diri warga Gereja Kemah Injil di Tanah Papua lemah.
    3. Ada pertentangan dalam pelayanan yang mana ini tidak boleh terjadi.
    4. Karena ambisi jabatan terkadang anak-anak Tuhan saling sikut-menyikut.
  1. d.    Peluang
    1. Perubahan mendasar system organisasi dari Wilayah menjadi Sinode.
    2. Medan Pelayanan Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua masih luas.
    3. Kemitraan terus dibangun dengan pemerintah sehingga ada perhatian dan dengan lembaga lain yang tidak mengikat.
    4. Perubahan paradigma dan pemberian otonomi khusus.
  1. e.    Solusi
Sebab melakukan analisis SWOT maka akan dikemukakan solusinya yaitu :
  1. Mesti ada database tentang potensi, sumber daya alam dan sumber daya manusia yang merupakan aset Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua yang nantinya sangat mendukung perkembangan gereja kedepan.
  2. Lembaga-lembaga pendidikan baik itu sekolah umum maupun sekolah teologi yang dimiliki oleh Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua ini mesti merumuskan kembali kurikulum yang dapat menjawab kebutuhan lokal.  Disamping itu perlu adanya penambahan tenaga didik.
  3. Pentingnya pendidikan dan latihan, Seminar, Lokakarya dan pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk mencapai kader-kader Kingmi kedepan lebih baik untuk kebutuhan gereja maupun kebutuhan daerah.
  4. Perlu adanya penegakkan disiplin gerejani berdasarkan Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga Kingmi.
  1. 2.    TUJUAN DAN LANGKAH
Bagaimana kita, sebagai warga Gereja sekaligus sebagai warga masyarakat, berupaya mewujudkan visi dan misi Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua? Kita diharapkan ikut mewujudkan kehidupan beriman dan menggereja yang lebih aktif serta menjadi lebih siap untuk ikut berperan di tengah masyarakat kita. Melalui cara itu kita semua bergerak bersama menanggapi panggilan Roh Allah sendiri. Untuk itu, Gereja diharapkan bisa lebih mengakar, lebih kontekstual dan mampu menjalankan perannya dalam menggarami dunia dengan lebih baik.

Sebagai Gereja yang dipanggil, Gereja yang beribadah, Gereja yang mewartakan dan Gereja yang melayani, kita bertolak dari pandangan bahwa Gereja merupakan gerakan dan bukan pertama-tama sebuah lembaga. Gereja bergerak dalam masyarakat, dalam dunia, membawa daya penyelamat ilahi. Maka Gereja adalah sebuah peristiwa. Di mana Gereja ada, di situ harus terjadi sesuatu, yaitu perubahan ke arah perdamaian, keadilan dan solidaritas nyata. Sebagai gerakan, Gereja merupakan sebuah persaudaraan dalam kasih yang membangun umat untuk bersama-sama membawa pesan Kristus dalam umat/masyarakat. Oleh karena kita diutus dalam masyarakat maka kita harus sehati-sejiwa dengan masyarakat. Gereja menjadi lebih hidup dalam komunitas basis, dalam umat nyata di tempat masing-masing. Untuk menjadi garam di tengah-tengah masyarakat di mana ia hidup, Gereja perlu menjadi lebih terbuka, mandiri, terlibat dan solider.

Untuk mewujudkan visi dan misi Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua, dirumuskanlah tujuan pengembalaan dan langkah-langkah pengembalaan dalam berbagai bidang. Bidang-bidang pengembalaan ini saling kait-mengait dan sesungguhnya tidak dapat dipisah-pisahkan. Yang dimaksud dengan tujuan adalah suatu keadaan yang ingin dicapai. Sedangkan yang dimaksud dengan langkah-langkah adalah upaya-upaya umum yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
  1. 3.    PENGORGANISASIAN PROGRAM KERJA KINGMI
  Jika kita mengingat kembali Konferensi pada persidangan Konferensi VIII Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua yang terakhir, struktur manajemen organisasi Gereja Kemah Injil (Kingmi) mengikuti pembindangan yaitu: Penginjilan dan Doa, Keadilan dan Perdamaian, Pendidikan, Litbang, Sosial Ekonomi dan Kesehatan, Pembinaan Warga Jemaat dan Pelayanan kategorial.

Kemudian Pembidangan sebagiman disebutkan di atas di pilah menjadi empat bidang yaitu Doa dan PI, Data, Daya dan Dana, secara umum dapat dikatakan telah mendorong semangat kemandirian dalam Gereja Kemah Injil (Kingmi), tetapi dalam praktiknya di jemaat-jemaat terasa sulit dijabarkan. Pemisahan bidang-bidang tersebut sulit dilaksanakan. Ketika kita berbicara teologi maka kita tidak bisa melepaskannya dari masalah dana dan daya. Pun ketika kita berbicara daya, maka kita tidak bisa melepaskannya dari aspek-aspek teologi dan dana, dan seterusnya.

Pembidangan Persekutuan-Kesaksian-Pelayanan (tripanggilan gereja) pernah dipilih sebagai suatu upaya menyelenggarakan pelayanan dalam organisasi Gereja Kemah Injil (Kingmi) sebagai yang lain, yang berbeda, dari organisasi sosial umumnya. Pembidangan itu terasa lebih alkitabiah, rohaniah, gerejawi. Pembidangan seperti itu lahir bersamaan dengan adanya keluhan, keraguan, dan tuntutan tentang mutu spiritualitas, komitmen, dan integritas para pelayan. Dalam praktiknya di jemaat-jemaat pun mengalami kendala. Jemaat-jemaat menemui kesulitan dalam mengorganisasi program-program pelayanan­nya. Aktifitas persekutuan juga mengandung makna kesaksian dan pelayanan, demikian pula halnya dengan aktifitas kesaksian tidak dapat mengabaikan aspek persekutuan dan pelayanan, dan seterusnya.

Dengan belajar dari pengalaman itu, dan juga setelah mengamati pelaksanaan pembidangan yang ditetapkan lebih operasional karena setiap bidang memiliki tugas dan kewenangan yang lebih jelas, relatif tidak tumpang tindih, dan saling melengkapi, maka Garis Besar Program Pengembangan Gereja Kemah Injil (Kingmi) 2010-2015, masih dirancang mengikuti pembidangan itu dengan sedikit perubahan:
  1. Bidang Pekabaran Injil, Doa dan Pembinaan Warga Jemaat
  2. Bidang Teologi, Ketenagaan, dan Kegerejaan.
  3. Bidang Partisipasi Gereja Dalam Pembangunan masyarakat, bangsa, dan negara.
Program Kerja Gereja Kemah Injil (Kingmi) 2010-2015 mengikuti ketiga pembidangan tersebut. Tiap Program terbagi ke dalam beberapa Program Utama. Selengkapnya adalah sebagai berikut:

A.       PROGRAM PI, DOA DAN PWJ

Program-program di bidang Pembinaan Warga Gereja dan Pekabaran Injil terarah kepada memperlengkapi warga jemaat untuk semakin menikmati Injil dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian diharapkan bahwa jemaat-jemaat akan semakin bertumbuh menjadi jemaat misioner yang mengabarkan damai sejahtera bagi semua.

Berdasarkan analisis kebutuhan dan tantangan-tantangan yang sedang dihadapi oleh warga Gereja Kemah Injil (Kingmi), maka Program PWJ, PI dan Doa mencakup pokok-pokok program Pembaruan Ib  adah dan Spiritualitas, Peningkatan Peran Kebangsaan (nasionalisme) dan Penanggulangan kekerasan dan Pembudayaan Etika Kristen.

1.    Pembaruan Ibadah dan Spiritualitas

a.     Permasalahan Pokok

Nampak kecenderungan semakin bergairahnya jemaat menghadiri ibadah-ibadah dan membaca alkitab. Warga gereja merasakan semakin perlunya pembinaan. Namun pemahaman dan penghayatan isi Alkitab masih kurang memadai dan belum merata. Kegiatan masih terasa kurang menarik dan cara penyajian terasa monoton. Bahan pembinaan masih belum menyentuh kebutuhan warga jemaat. Terasa pula ada kesenjangan antara ibadah ritual dengan praktik hidup sehari-hari.  Singkatnya, aktivitas kehidupan bergereja belum secara maksimal membantu proses meresapnya nilai-nilai Injili ke dalam kehidupan pribadi warga jemaat maupun kehidupan persekutuan.

b.     Tujuan

Mengembangkan aktivitas kehidupan bergereja yang membantu warga jemaat memahami dan menghayati (menghidupi) nilai-nilai Injil dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat.

c.     Permasalahan Pokok

1)     Meningkatkan mutu dan jumlah tenaga pembinaan.
2)    Mengembangkan bahan-bahan pembinaan yang relevan dengan kondisi dan kebutuhan jemaat serta menyediakan fasilitas pembinaan.
3)    Mendorong dan memfasilitasi semua lingkup pelayanan dalam Gereja Kemah Injil (Kingmi) untuk secara kreatif mengembangkan dan merencanakan program-program pengembangan ibadah dan spiritualitas yang tepat guna, berkesinambungan dan terintegrasi.

d.     Program

1)     Pengembangan program-program yang mendukung peningkatan mutu dan jumlah tenaga pembinaan.  Misalnya menyiapkan panduan, pelatihan tenaga pembinaan (majelis gereja, pelayan, pengurus Kategorial).
2)    Penyiapan dan Penerbitan bahan-bahan pembinaan yang relevan dengan kebutuhan jemaat. Misalnya buku Membangun Jemaat, Pedoman SM, Renungan Harian, Buku Katekisasi Baptisan, Bahan Katekisasi Pra Nikah, Brosur-brosur mengenai tema-tema actual beruba untuk menjadi kuat.
3)    Penyediaan fasilitas pembinaan, mulai dari pengadaan bahan pembinaan hingga kepada fasilitas phisik seperti gedung pembinaan, taman bacaan di jemaat-jemaat.
4)    Pengembangan pusat-pusat kegiatan peningkatan hidup saleh.
5)    Pengembangan model-model ibadah yang variatif, dinamis dan kreatif serta penataan manajemen ibadah.
6)    Pengembangan dan pembudayaan menyanyi Yanyian Kemenangan Iman dan musik gerejawi.
7)    Pengembangan ibadah keluarga dan perhatian khusus bagi kelompok kategorial (misalnya, minggu anak, minggu pemuda, minggu keluarga, dsb.)
8)    Pengembangan spiritualitas yang peduli lingkungan dan masalah-masalah sosial.

2.    Peningkatan Peran Kebangsaan (Nasionalisme)

a.     Permasalahan pokok

Masih banyak warga jemaat yang belum memahami tanggung jawabnya sebagai gereja di tengah kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.  Masalah politik masih sering dianggap tidak bersangkut-paut dengan gereja, bahkan ada tendensi menilainya sebagai bidang yang kotor. Warga jemaat masih sulit menerima perbedaan pilihan politik yang acap mempunyai dampak bagi berkembangnya disharmoni dalam jemaat.

b.     Tujuan

Mengembangkan pemahaman dan sikap warga jemaat yang positif, kreatif, kritis dan realistis dalam kehidupan berbangsa dan bermasyarakat.

c.     Kebijakan Strategik

1)     Memperdalam dan memperluas pemahaman warga jemaat mengenai tanggung jawabnya di bidang politik (penataan hidup bersama bagi kesejahteraan semua)
2)    Meningkatkan partisipasi warga jemaat dalam kehidupan masyarakat
3)    Meningkatkan peran pendampingan gereja khususnya dalam membela mereka yang lemah

d.     Program

1)     Mengembangkan program-program pendidikan politik warga jemaat
2)    Mendampingi warga jemaat yang berminat dan aktif dalam bidang politik
3)    Meningkatkan peran gereja dalam proses legislasi
4)    Mewujudkan pendampingan dan advokasi HAM
5)    Mewujudkan Ham dan Perdamain

3.      Pembudayaan Etika Kristen dan Penanggulangan Kekerasan

a.   Permasalahan pokok

Tindakan kekerasan semakin meningkat, baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat termasuk dunia kerja, pendidikan, media, politik, dsb.  Tidak terkecuali dalam kehidupan bergereja dan di kalangan orang Kristen.  Demi mencapai tujuan yang diharapkan, banyak orang tidak lagi segan melakukan kekerasan baik secara physik (pemukulan, pembunuhan) maupun lewat ancaman kata-kata dan sikap yang menghina martabat sesama.  Nilai-nilai kristiani sudah tidak dijadikan acuan dalam berpikir dan bertindak.

b.   Tujuan

Menumbuhkembangkan budaya damai dan sikap menerima serta menghargai sesama tanpa dihalangi oleh perbedaan yang ada.

c.    Kebijakan Strategik

1)   Memprakarsai program-program yang menumbuh kembangkan budaya damai.
2)   Mendorong berkembangnya program-program yang secara bersengaja menolong warga jemaat menghargai dan mengelola perbedaan-perbedaan yang ada.

d.   Program

1)     Peningkatan peran gereja dan warga jemaat dalam mewujudkan program dekade mengatasi kekerasan yang sesuai dengan konteks setempat.
2)     Peningkatan kesaksian dan pelayanan orang Kristen melalui penampakan etos kerja yang dijiwai oleh panggilan kristiani.
3)     Penyiapan kurikulum dan materi pendidikan teologi warga jemaat yang mendukung berkembangnya etos kerja kristiani dan budaya hidup damai dengan sesama dan seluruh ciptaan.

B.    PROGRAM PENGEMBANGAN TEOLOGI, KETENAGAAN, DAN KEGEREJAAN

Program Pengembangan Teologi, Ketenagaan, dan Kegerejaan mengacu pada tiga isu utama yaitu Pendidikan dan Pengembangan SDM, Ekumenis dan Pluralitas, dan Pemahaman tentang Gereja (Eklesiologi). Tiga isu utama merupakan bagian yang tak terpisahkan dari isu strategik yang dirumuskan berdasarkan proses analitis kritis dengan metode SWOT terhadap berbagai masalah yang diusulkan Badan Pengurus Klasis dan Badan Pengurus Sinode Gereja Kemah Injil (Kingmi) dan beberapa masukan pada Konferensi Sinode IX di Wamena.

1.    Permasalahan Pokok

Program Pengembangan Teologi, Ketenagaan, dan Kegerejaan, dilatarbelakangi beberapa permasalahan pokok yaitu:
  1. Pada satu sisi jumlah warga jemaat Gereja Kemah Injil (Kingmi) semakin meningkat dan menyebar di berbagai tempat. Potensi SDM warga gereja semakin meningkat (ekonomi, sosial, politik) dan sudah semakin memperlihatkan komitmen berperan dalam pelayanan gerejawi (jumlah warga jemaat yang bersedia menjadi majelis gereja dan pengurus KATEGORIAL meningkat).
  2. Tetapi di sisi lain, sejumlah potensi warga jemaat belum dikelola/diber­dayakan secara optimal dan maksimal. Spiritualitas dan etos kerja belum memadai bahkan ada kecenderungan menurun akibat perubahan yang sangat cepat dan sering bersifat mendasar.
  3. Pedoman hidup bergereja seperti Peraturan Gereja dan AD/ART belum dipahami secara baik dan merata. Hidup keagamaan dan spiritualitas masih cenderung dikhotomi dan partial, database yang baik dan akurat belum tersedia dan belum tersusunnya Sejarah Gereja Kemah Injil (Kingmi) yang utuh.
  4. Tenaga Pelayan (Pendeta, Evangelis, Vicaris, Majelis Gereja, dan Pengurus KATEGORIAL) jumlahnya cukup banyak bahkan makin meningkat dari tahun ke tahun. Khusus jumlah pendeta semakin meningkat, dan sebagian besar berusia muda. Jumlah perempuan pendeta semakin bertambah serta banyak tenaga muda yang potensial dikembangkan menjadi pemimpin. Namun keteladanan, komitmen, integritas, dan spiritualitas pelayan (khusus pendeta) tetap dan terus dipertanyakan. Khotbah dan pelayanan pastoral belum menyentuh kebutuhan. Semangat meningkatkan pengetahuan, wawas­an, dan keterampilan sangat kurang. Ada gejala  para pelayan dan calon pelayan kurang memperlihatkan perilaku keterpanggilan dan profesionalitas yang padu, serta sering kurang mampu mengelola kecerdasan emosional dan intelektual secara seimbang.
  5. Para pejabat gerejawi (majelis gereja) kurang menghayati panggilan sebagai pelayan bahkan masih ada yang menganggap jabatan sebagai simbol status atau posisi sosial saja.
  6. Perencanaan pengembangan SDM kepemimpinan Gereja Kemah Injil (Kingmi) belum terlaksana secara maksimal, karena dana bagi pengembangan SDM sangat tidak memadai (sangat kurang).
  7. Rumusan Eklesiologi (pemahaman tentang gereja) Gereja Kemah Injil (Kingmi) dalam Dokumen Resmi seperti Peraturan Gereja dan AD/ART cukup memadai, namun tingkat pemahaman warga jemaat bahkan para pejabat gereja masih sangat kurang dan tidak memadai, apalagi pada tingkat implementasi. Ini terlihat pada struktur gereja yang dianut Gereja Kemah Injil (Kingmi) yaitu presbiterial-sinodal. Pada hakikatnya struktur ini menekankan kebersamaan para pejabat gereja (Majelis Gereja) dan telah memungkinkan berkembang­nya kemandirian jemaat, namun sebagian majelis gereja belum memahami dan memberlakukan prinsip ini secara benar dan konsisten dalam kerangka kebersamaan pada berbagai aras/lingkup.
  8. Terdapat kesenjangan antara jemaat yang potensial dan cenderung eksklusif, dengan jemaat yang tidak mampu membiayai aktifitas pelayanannya dan membutuhkan bantuan.
  9. Pengorganisasian jemaat/gereja, lebih banyak dipengaruhi dan diwarnai oleh kebiasaan pola pengorganisasian dalam masyarakat. Pewilayahan pelayan­an yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayan­an, justru sering dimaknai sebagai otonomi tanpa batas. Tidak heran bila sejumlah jemaat baru muncul dan lahir bukan didasarkan pada kepenting­an pelayanan dan paham teologi yang benar tentang gereja tetapi pada subjektifitas kepentingan kelompok.
  10. Pewilayahan pelayanan pada empat jenjang dimaksudkan dapat membantu efektifitas dan kontektualisasi pada semua aras, tetapi sistem empat jenjang ini menambah mata rantai birokrasi dan cukup membebani jemaat-jemaat dari segi biaya persidangan. Di samping itu ada keluhan tentang banyaknya keputusan persidangan gerejawi pada semua aras yang sering tumpang tindih serta kurang jelasnya hubungan antarsemua komponen (Majelis Gereja, Badan Pengurus Klasis, Badan Pengurus Sinode dengan Organisasi Intra Gereja).
  11. Kegiatan KATEGORIAL sebagai wadah pelayanan kategorial semakin marak pada berbagai lingkup namun sebagai bagian yang integral dari gereja masih sering menimbulkan masalah hubungan antar-Badan Pelaksana gerejawi dengan Pengurus KATEGORIAL. Ini terlihat, misalnya, pada pembinaan pelayanan kategorial yang belum dapat dirancang dan dilaksanakan secara konseptual dan terintegrasi. Pemahaman majelis gereja tentang pelayan kategorial (KATEGORIAL) belum memadai di satu pihak dan KATEGORIAL merasa otonom di pihak lain.
  12. Di sisi eksternal Gereja Kemah Injil (Kingmi), proses globalisasi, kemajuan teknologi komunikasi-informasi yang sangat cepat, pengembangan sarana dan media komunikasi-informasi yang semakin canggih, telah memudahkan pergaulan dan perjumpaan antarwarga dunia, serta meningkatkan kesadaran tentang fakta pluralitas masyarakat dunia. Pada satu pihak hal ini dapat memerkaya persekutuan, pelayanan, dan kesaksian secara kreatif dan dinamis, tetapi pada pihak lain dapat pula mengancam nilai-nilai kristiani dan humanis. Di samping itu, pada aras nasional Indonesia, penerapan otonomi daerah, proses demokratisasi, dan reformasi yang sedang berlangsung mengakibatkan suburnya primordialisme, sukuisme, fanatisme daerah, menipisnya semangat nasionalime, dan berkembangnya polarisasi kuantitatif berdasarkan mayoritas-minoritas dari sisi anutan agama, dapat mengganggu hubungan antarkelompok, antargereja, antarumat beragama.

2. Tujuan

Program pengembangan teologi, ketenagaan, dan kegerejaan bertujuan:
  1. Mempersiapkan (membina/melatih) calon pelayan sehingga memiliki komitmen, integritas, spiritualitas, keteladanan yang memadai sehingga mampu melaksanakan tugas panggilannya sebagai gembala dan pelayan Firman Tuhan serta memiliki keterampilan mengelola potensi warga gereja bagi pertumbuhan jemaat/gereja.
  2. Meningkatkan terus menerus kualitas para pejabat gerejawi (khususnya pendeta) sehingga memiliki kapasitas memperlengkapi warga gereja  dalam rangka perwujudan tugas panggilan persekutuan, kesaksian, dan pelayanan Gereja Kemah Injil (Kingmi) pada semua aras.
c.Meningkatkan pemahaman para pelayan dan warga gereja tentang gereja dan struktur gereja (Eklesiologi), sehingga memiliki paham yang tepat dan benar dalam mengembangkan manajemen gerejawi yang efektif dan efisien.
  1. Meningkatkan kemampuan para pejabat dan fungsionaris gerejawi dalam mengelola perbedaan dan membangun komunikasi, kemitraan, dan kebersamaan dengan berbagai pihak dalam kehidupan bersama baik pada aras lokal, nasional, maupun pada aras regional dan global dalam perspektif keutuhan ciptaan.

3. Program-program Utama

Program induk pengembangan Teologi, ketenagaan, dan kegerejaan secara garis besar dikelompokkan atas tiga program utama dan tiap program utama diimplementasikan ke dalam sejumlah program. Ketiga program utama tersebut yaitu:
  1. Program pengembangan SDM bidang Teologi:
1)   Penyiapan calon pendeta.
2)   Penyegaran, pengembangan kapasitas dan spiritualitas pendeta secara berkala.
3)   Penelitian masalah-masalah teologi, sosial, budaya dalam rangka teologi kontekstual.
4)   Penerbitan hasil-hasil studi dan implementasinya.
5)   Digitalisasi dokumen, arsip, dan hasil keputusan persidangan gerejawi.
6)   Perampungan sejarah utuh Gereja Kemah Injil (Kingmi).
7)   Perencanaan pengembangan ketenagaan (SDM) secara strategik.
8)   Penyusunan database jemaat yang aktual dan akurat.
  1. Program pengembangan eklesiologi dan organisasi gereja:
1)     Peningkatan pemahaman dan sosialisasi paham tentang gereja dan stuktur gereja (presbiterial sinodal).
2)     Pengembangan manajemen organisasi gereja yang efisien, efektif, dan tepat guna.
3)     Peningkatan fungsi dan efektifitas pelayanan kategorial gereja.
  1. Program pengembangan peranan ekumenis dan pengelolaan pluralitas:
1)      Pengembangan jejaring antargereja dan antarlembaga gereja.
2)      Pengembangan jejaring antarkelompok dan antarkomponen masyarakat serta antarumat beragama pada aras lokal, Nasional dan Global.
3)      Pengembangan hidup bersesama dalam perspektif keutuhan ciptaan

4.   Kebijakan Strategik

Dalam upaya menjamin pencapaian tujuan ditetapkan, beberapa kebijakan strategik dibutuhkan yaitu:
  1. Pemanfaatan dan pendayagunaan secara maksimal semua sarana/pra­sarana dan fasilitas yang tersedia dalam kampus STT Walter Post, dalam melaksanakan semua program/kegiatan yang tercakup dalam program utama pengembangan SDM bidang  Teologi.
  2. Inventarisasi dan identifikasi tenaga-tenaga yang memiliki kompetensi dan kapasitas memadai menjadi tenaga pembina/pelatihan, fasilitator dan tenaga ahli yang dibutuhkan.
  3. Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan program dan kegiatan penyiapan, pelatihan dan pembinaan, seminar dan lokakarya, konsultasi, diskusi dan percakapan, pertemuan, penelitian dan studi, penyusunan sejarah Gereja Kemah Injil (Kingmi) dan database, digitalisasi dokumen dan arsip Gereja Kemah Injil (Kingmi), pe­ngembangan manajemen gerejawi, sosialisasi pemahaman dan penghayat­an, sangat perlu diupayakan pola kemitraan dengan Badan Gerejawi pada semua aras dan lingkup dan dengan Badan dan Lembaga-lembaga terkait di dalam dan di luar negeri serta dengan perorangan warga jemaat yang potensial dan berkomitmen kuat mendukung program.

C.    PROGRAM KERJA PARPEM, KUALITAS PENATALAYANAN DAN DANA

Program Pengembangan Parpm (Partisipasi Gereja dalam Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat) dan Pengembangan Kualitas Penatalayanan adalah program yang merupakan wujud dari keterpanggilan gereja untuk bersama-sama dengan komponen bangsa, dalam arak-arakan segenap anak bangsa menuju terciptanya masyarakat yang damai sejahtera baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Penyelenggaraan program-program dalam cakupan Program Induk ini diharapkan dapat merefleksikan pembaruaan dan kualitas pelaksanaan Tripanggilan Gereja secara utuh ke luar lingkungan Gereja Kemah Injil (Kingmi), sehingga Gereja Kemah Injil (Kingmi) benar-benar dapat menjadi pembawa damai sejahtera bagi semua, yang diawali dengan pembaruan budi (komitmen) dari segenap warganya.

Sehubungan dengan maksud di atas, berikut ini dikemukakan beberapa masalah pokok yang perlu disepahami dan dihayati oleh segenap warga Gereja Kemah Injil (Kingmi), khususnya oleh para fungsionaris Gereja Kemah Injil (Kingmi), untuk selanjutnya diupayakan pemecahannya secara bersama-sama melalui penyelenggaraan program-program yang relevan dan disepakati bersama.

1.      PENDIDIKAN

a.     Permasalahan Pendidikan Teologi dan Umum

Bidang pendidikan merupakan sarana pengembangan sumberdaya manusia yang sejak awal sekaligus merupakan sarana pelayanan dan kesaksian gereja serta wadah pekabaran injil yang cukup efektif. Melalui bidang pendidikan ini, Gereja Kemah Injil (Kingmi) dengan dukungan mitra dan warga gereja, telah berperan secara nyata dalam pembangunan masyarakat, dan bahkan menjadi kebanggaan masyarakat Di Tanah Papua dan khususnya warga Gereja Kemah Injil (Kingmi), selama beberapa dasawarsa. Namun seiring dengan telah menurunnya dukungan dana dari mitra dan keengganan warga untuk mendukung secara optimal, maka kemampuan lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola Gereja Kemah Injil (Kingmi) dalam penyiapan SDM pendidik dan fasilitas-fasilitas pendukung cenderung menurun. Bersamaan dengan itu, sejumlah kalangan menilai bahwa dedikasi, loyalitas, dan etos kerja para pendidik cenderung memudar, yang telah dan akan terus berimplikasi pada penurunan kualitas proses belajar-mengajar dan penurunan kualitas keluaran, jika tidak dilakukan upaya-upaya antisipasi untuk itu.

b.       Tujuan

1)         Para siswa dan mahasiswa menemukan bakat dan dinamika   pertumbuhannya   sehingga berkembang menjadi manusia seutuhnya.
2)         Orangtua bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak.
3)         Guru/dosen   menjadi   pendidik   yang   kreatif dan inspiratif.
4)         Penyelenggara dan pengelola lembaga pendidikan Teologi dan YPPGI terus mengembangkan kepemimpinan dan manajemen yang semakin bermutu.
5)         Sekolah dan perguruan tinggi yang di kelola oleh Kingmi menjadi komunitas   akademik   yang   beriman   yang mencerminkan tata kehidupan bersama yang semakin bersaudara, adil dan berrnartabat.

c.        Langkah-langkah Pengembangan

1)      Dalam mewujudkan para siswa dan mahasiswa menjadi manusia seutuhnya:
  1. Menyadari bahwa pendidikan dimaksudkan untuk membentuk pribadi-pribadi yang besar, berbakat tinggi, mampu mengambil tempat dan berperan serta dalam masyarakat secara bertanggung jawab sebagai warga dewasa, mampu melihat dan menghayati seluruhnya dengan cakrawala tujuan akhir hidupnya untuk bersatu dengan Allah.
  2. Menjadikan keluarga, sekolah,  gereja  dan kelompok-kelompok   kategorial   sebagai lingkungan yang kondusif bagi perkembangan siswa dan mahasiswa.
  3. Memberikan  pendampingan  kepada   siswa Kingmi yang belajar di sekolah negeri dan sekolah swasta non-Kristen.
2)      Dalam mewujudkan orangtua yang bertanggung jawab atas pendidikan anak
a)    Terus-menerus   mengingatkan   melalui berbagai   kesempatan   dan   media   bahwa orang tualah yang pertama-tama dan terutama bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anak.
b)    Menyadari   bahwa   orangtua   tidak   dapat menyerahkan  tanggung jawab  pendidikan anak kepada siapa pun.
c)     Mengembangkan kelompok-kelompok orangtua peduli pendidikan
3)      Dalam mewujudkan guru YPPGI sebagai pendidik yang kreatif dan inspiratif:
a)    Memanfaatkan   media   pendidikan   secara maksimal, seperti: national geography, world wildlife, jejakpetualang, gapura, dll.
b)       Menyelenggarakan   program   penyegaran kemampuan guru.
c)    Menyelenggarakan rekoleksi dan retret untuk para guru.
d)    Mengupayakan   peningkatan   kesejahteraan guru.
4)      Dalam mewujudkan penyelenggara dan pengelola lembaga  pendidikan YPPGI yang mengembangkan kepemimpinan dan manajemen yang semakin bermutu:
a)    Memberikan  berbagai  masukan  konstruktif kepada para penyelenggara  dan  pengelola lembaga pendidikan YPPGI.
b)    Menyelenggarakan sarsehan-sarasehan antar-penyelenggara   dan   pengelola   lembaga pendidikan YPPGI dalam Majelis Pendidikan Kristen  (MPK).
c)    Menyelenggarakan   seminar   atau   diskusi tentang   kepemimpinan   dan   manajemen pendidikan.
d)    Membangun    hubungan dengan pemerintah dan DPRP, khususnya komisi yang terkait dengan pendidikan.
5)    Dalam mewujudkan sekolah dan perguruan tinggi Kingmi sebagai komunitas iman:
a)      Membentuk Komisi Pendidikan di tingkat Klasis.
b)      Mengakomodasi dan menyinergikan kepentingan siswa,   orang tua, guru, penyelenggara dan pengelola lembaga pendidikan YPPGI, dan Klasis dan Jemaat.
c)      Menumbuh kembangkan kelompok-kelompok peduli pendidikan dan menjalin jaringan mitra pendidikan: forum guru, orangtua peduli pendidikan, penyandang dana, litbang, LBH, dll.
6)      Tambahan Program
a)    Peningkatan kualitas pendidikan Kristen.
b)    Perencanaan pengembangan ketenagaan.
c)    Penggalangan dukungan warga jemaat dalam pengembangan sarana /pra­sarana & SDM.
d)    Pengembangan jejaring dengan pihak pengelola dan pemerhati pendidikan.

2.      KESEHATAN

a.      Permasalahan Kesehatan

Sama halnya dengan pelayanan pada bidang pendidikan, pelayanan pada bidang kesehatan juga merupakan sarana pelayanan dan kesaksian gereja bila dikelola dengan pelayanan prima. Melalui bidang kesehatan ini, Gereja Kemah Injil (Kingmi) dengan dukungan mitra dan warga gereja, telah membuka beberapa polik kesehatan di daerah terpencil. Namun berbagai persoalan masih sering muncul sebagai akibat dari kekurangmampuan poloik kesehatan yang dikelola oleh gereja untuk memenuhi harapan warga masyarakat secara optimal. Hal ini antara lain diakibatkan oleh pemaknaan rasa memiliki terasa kurang, khususnya oleh warga Gereja Kemah Injil (Kingmi).  Sejalan dengan itu, budaya hidup sehat dan bersih, yang antara lain diindikasikan oleh pencegahan penyakit secara dini, sampai saat ini, belum diberi perhatian serius oleh sebagian warga masyarakat/warga gereja. Demikian gereja perlu memberi perhatian kepada penyebarluasan global HIV/AIDS dan NAPZA yang mengancam kemanusiaan.
  1. Tujuan Pengembalaan
1)      Tingkat kesehatan masyarakat naik, terutama: jumlah warga kurang gizi berkurang; angka kematian ibu hamil dan balita serta penderita TBC berkurang; masyarakat mempunyai kebiasaan hidup sehat; faktor pengaruh stress menurun.
2)      Besar biaya kesehatan semakin dapat diatasi masyarakat, sehingga semakin banyak keluarga / kaum miskin memperoleh akses pelayanan kesehatan.
3)      Pelayanan kesehatan semakin berkembang dan bermutu.
  1. Langkah-langkah Pengembalaan
1)      Dalam menaikkan tingkat kesehatan masyarakat:
a)      Mengadakan penyuluhan kesehatan berkaitan dengan:
  • gizi,
  • cara hidup sehat,
  • rokok, miras, pola makan, gaya hidup dan lingkungan sehat,
  • sanitasi dasar dan penyakit tentang TBC,
  • pencegahan HIV dan AIDS.
b)      Mengadakan penyuluhan kesehatan berkaitan dengan:
  • Menyelenggarakan   program   pemberian makanan tambahan (PMT) kepada mereka yang membutuhkan secara berkesinambungan dan   terevaluasi,   bekerjasama   dengan   pos pelayanan terpadu (posyandu).
  • Turut   menanggulangi   TBC,   bekerjasama dengan  institusi kesehatan pemerintah dan Perdhaki.
  • Mendorong gerakan anti-narkoba, anti-rokok, anti-minuman   keras,   bekerjasama   dengan Lembaga   Rehabilitas   Penanggulangan Narkoba.
  • Menurunkan aborsi melalui sosialisasi dan pemanfaatan lembaga pro-life.
  • Mengusahakan apotik hidup sebagai upaya pemeliharaan kesehatan alternatif.
2)      Dalam mengupayakan agar besar biaya kesehatan dapat semakin dapat diatasi masyarakat:
a)      Menyosialisasi program Jaminan Peliharaan Kesehatan   Masyarakat (JPKM) dan pengembangan solidaritas masyarakat dalam pembiayaan kesehatan.
b)      Menyelenggarakan kotak dana untuk membantu masyarakat   kurang   mampu membayar iuran anggota JPKM.
c)      Melakukan kerjasama dengan institusi kesehatan (misalnya balai pengobatan)   dalam   menanggulangi   biaya kesehatan masyarakat.
3)      Dalam mengembangkan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan:
a)    Memberikan   pelayanan   kesehatan   secara profesional yang disertai dengan penyuluhan.
b)    Memberikan   pelayanan   kesehatan   yang berkesinambungan   (home   care   dan konseling).
c)     Membentuk jaringan kerjasama  antar-balai pengobatan agar pelayanan lebih efektif dan pengembangan   balai   pengobatan   melalui keanggotaan Perdhaki.
d)    Membina   spiritualitas   petugas   kesehatan Kingmi.
e)   Peningkatan pelayanan sosial.
f)    Pengembangan budaya hidup sehat dan bersih.
g)   Peningkatan peran dalam penanggulangan penyakit sosial dan pengangguran.
h)   Pengembangan jejaring dengan pihak-pihak pengelola dan pemerhati kesehatan dan masalah-masalah kemasyarakatan.

3.      EKONOMI

a.       Permasalahan Ekonomi/Kemiskinan

Patut diakui bahwa kondisi ekonomi sebagian warga jemaat semakin membaik. Namun tidak berarti bahwa jumlah warga gereja dan warga masyarakat yang tergolong miskin semakin menurun dari tahun ke tahun. Dengan kata lain, jumlah warga gereja dan warga masyarakat yang seharusnya menerima pelayanan diakonia dari saat ke saat justru semakin meningkat. Hal ini mengindikasikan kesenjangan sosial yang semakin melebar antara lain karena ketidakadilan sosial yang semakin berkembang.
Pelayanan diakonia jemaat-jemaat cenderung masih mengarah ke dalam lingkup jemaat sendiri dan umumnya masih bersifat fariatif.

b.     Tujuan

1)         Angka pengangguran menurun (Kej. 2: 5- 6;2Tes.3:7-15)
2)         Usahawan/wati baru bermunculan (Mat. 25:14-31).
3)         Petani dan nelayan semakin berdaya (Kej. 2:5-6; Mat. 11; 1-6; ).
4)      Kesejahteraan keluarga/kaum miskin meningkat
5)      Hubungan antara pengusaha dan buruh terjaga harmonis
6)      Koperasi semakin berkembang.
7)      Pemerintah dan lembaga-lembaga memberikan dukungan dalam mengembangkan   sosio-ekonomi masyarakat

c.      Langkah-langkah Pengembalaan

1)      Dalam menurunkan angka pengangguran:
a)      Menyediakan pelatihan dan pendampingan untuk  meningkatkan   kompetensi   (sikap mental, pengetahuan, kemampuan).
b)      Mengumpulkan data-data (situasi, keinginan dan kebutuhan, dll) untuk menyusun pelatihan yang relevan.
c)      Membentuk Unit Pelayanan/Pemberdayaan Ketenagakerjaan (UPK) di tiap Klasis.
d)      Memberi pendidikan dan keterampilan kepada orang jalanan  agar  mau  mengembangkan profesi lain.
e)      Mengembangkan kerjasama antara Lembaga Bantuan Mencari Kerja (LBMK) dengan UPK Klasis untuk:
  • membantu mencari kerja,
  • menyelenggarakan   pelatihan   dan pendampingan,
  • memberi akses informasi,
2)      Dalam memunculkan usahawan/wati baru:
  1. Mendidik anak menghargai pekerjaan, melalui contoh/teladan dan memberi keterampilan kewirausahaan dalam keluarga.
  2. Mendukung   anak   yang   hendak   menjadi wirausahawan/ wati.
  3. Mendorong lembaga pendidikan mempersiapkan lulusannya untuk siap bekerja dan/atau siap menjadi wirausahawan/wati.
  4. Mengupayaka kerjasama antara  lembaga ketenagakerjaan dengan lembaga keuangan formal/nonformal dalam mendukung penciptaan usaha baru.
3)      Dalam mewujudkan petani dan nelayan yang semakin berdaya:
a)      Mengembangkan pertanian  organik karena harga lebih stabil dan kualitas produk lebih baik.
b)      Memberikan  pelatihan   dan   pendampingan petani organik.
c)      Mendorong atau membantu pengembangan kelompok petani organik.
d)      Membantu   pemasaran   produk   pertanian organik.
e)      Membangun   konsumen   produk   pertanian organik.
f)       Mengupayakan dukungan pemerintah, berupa sarana dan prasarana, terhadap petani organik.
g)      Mengembangkan   kerjasama   antara  petani organik dengan koperasi untuk penanganan pasca-panen.
4)      Dalam   meningkatkan pendapatan   keluarga/kaum miskin.
Membantu mencari peluang-peluang baru untuk meningkatkan pendapatan kaum miskin.
5)      Dalam memberdayakan koperasi:
a)      Mengembangkan koperasi di beberapa Kalasi atau Jemaat.
b)      Memperkenalkan koperasi kepada kelompok-kelompok masyarakat.
c)      Membangun jaringan antara koperasi dengan lembaga lain.
d)      Memberi pelatihan pada koperasi yang ada agar lebih profesional.
e)      Mendorong pembentukan dan pengembangan koperasi yang sehat di Klasis.
6)      Dalam mengupayakan   dukungan   dari pemerintah/lembaga   untuk  mengembangkan sosial-ekonomi masyarakat:
a)      Mengupayakan dukungan dan pengakuan dari pemerintah bagi para pribadi/organisasi yang mampu  mengembangkan  sosial-ekonomi masyarakat luas.
b)      Memberi penghargaan terhadap upaya penciptaan usaha yang berprestasi   oleh pemerintah/lembaga.
7)      Program Tambahan
a)    Peningkatan kegiatan diakonia di jemaat.
b)    Pengembangan usaha-usaha produktif gereja.
c)    Peningkatan partisipasi dalam berdiakonia.

4.      LINGKUNGAN HIDUP

a.      Permasalah Lingkungan Hidup

Masalah lingkungan hidup adalah masalah nasional dan bahkan masalah global yang pada hakikatnya menjadi tanggung jawab setiap warga masyarakat, termasuk warga gereja. Kenyataan di hampir semua wilayah menunjukkan bahwa laju degradasi lingkungan hidup cenderung meningkat dari waktu ke waktu sebagai akibat dari eksploitasi sumberdaya alam yang tidak terkendali. Hal ini juga tidak terlepas dari terjadinya pergeseran nilai-nilai budaya dan memudarnya kearifan lokal, dan di tempat-tempat yang dihuni oleh warga Gereja Kemah Injil (Kingmi).

Pergeseran nilai-nilai budaya dan memudarnya kearifan lokal yang dimaksud juga telah dan akan terus berdampak negatif pada berbagai aspek kehidupan yang lain, seperti ekonomi, sosial, dan politik.  Khusus untuk Di Tanah Papua, resultante antara kerusakan lingkungan hidup dengan terjadinya pergeseran nilai budaya dan pemudaran kearifan lokal potensil akan berdampak negatif secara bermakna terhadap industri pariwisata di daerah ini. Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya antisipatif yang harus didukung oleh semua lapisan masyarakat, terutama oleh warga gereja.

b.      Tujuan Pengembalaan

1)   Umat semakin sadar akan lingkungan hidup.
2)      Pelayanan kategorial untuk lingkungan hidup semakin berkembang.
3)      Umat berpartisipasi dalam gerakan lingkungan hidup.

c.       Langkah-langkah Pengembalaan

1)      Dalam   menyadarkan   umat   akan   lingkungan hidup:
a)       Mendorong agar topik/tema lingkungan hidup masuk dalam   program   pendidikan formal maupun non-formal.
b)       Mengangkat lingkungan hidup dalam khotbah dan penginjilan.
c)       Mendukung dan menyelenggarakan berbagai kegiatan pendidikan   lingkungan hidup, melalui sarasehan, diskusi, retret, seminar, dan lain-lain,
d)       Mengajak umat menghemat air dan energi, membatasi penggunaan bahan-bahan polutif, dam menggunakan  bahan-bahan organik yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang.
2)      Dalam mengembangkan pelayananm lingkungan  hidup:
a)      Mengembangkan kesadaran teologis mengenai lingkungan hidup.
b)      Mempersiapkan pakar dan aktivis di bidang lingkungan hidup.
c)      Membentuk semacam tim  pelayanan kategorial bidang lingkungan hidup, bila perlu Komisi Lingkungan Hidup.
3)      Dalam mendorong umat berpartisipasi dalam gerakan lingkungan hidup:
a)      Terlibat dalam gerakan lingkungan hidup yang ada di wilayah sekitar.
b)      Menumbuh-kembangkan kelompok-kelompok peduli  lingkungan  hidup  dan membangun jaringan mitra lingkungan hidup.
c)      Pemeliharaan lingkungan hidup dan keutuhan ciptaan.
d)      Pelestarian budaya.
e)      Peningkatan peran dalam pembangunan pariwisata yang bertanggung jawab.

5.      BIDANG KOMUNIKASI SOSIAL

  1. Tujuan
1)         Pribadi-pribadi   semakin   mampu   mencari, menyeleksi, mengolah dan menginjili dalam terang iman.
2)      Keluarga berkomunikasi, berbudaya komunikasi dan berpendidikan komunikasi.
3)         Pengurus  Jemaat,  Pengurus Klasis, Pengurus Sinode, kelompok   kategorial, Tingkat Jemaat, Klasis dan Sinode berkomunikasi.
4)         Komunikasi umat dengan masyarakat meningkat.
  1. Langkah-langkah
(1) Dalam mewujudkan pribadi-pribadi yang semakin mampu mencari, menyeleksi, mengolah dan menginji dalam terang iman:
a)    Menyemangati  para pengerja dan para pemimpin jemaat sebagai pribadi-pribadi   yang   menjadi   model komunikasi bagi umat.
b)    Menyelenggarakan   berbagai   upaya   untuk meningkatkan pemahaman akan komunikasi sosial.
c)     Mengadakan   program   komprehensif dan berkesinambungan dalam komunikasi sosial untuk pembinaan umat agar menjadi komunikator   sejati dalam keluarga dan masyarakat.
(2)   Dalam mewujudkan keluarga yang berkomunikasi, berbudaya komunikasi dan berpendidikan  komunikasi:
a)      Mendidik anak bagaimana berkomunikasi dengan baik dalam kehidupan sehari-hari.
b)      Mengembangkan keterbukaan dan kesalingpercayaan di antara anggota keluarga.
c)      Mendorong setiap anggota keluarga untuk mau dan siap berkomunikasi.
d)      Mendidik anak bagaimana menggunakan berbagai media informasi  dan komunikasi secara tepat guna dan bermanfaat.
e)      Belajar selektif dan kritis dalam menerima berbagai informasi dari media cetak maupun elektronik.
(3)    Dalam mewujudkan Pengurus lingkungan, dewan pengembalaan Klasis, pengunus kelompok kategorial, komisi Klasis, dewan Klasis dan para pelayan gereja berkomunikasi:
a)      Mendoong para pengurus Jemaat, Pengurus Klasis,  Pengurus Sinode dan  pengurus kelompok kategorial, untuk memahami dan melaksanakan karya  pengembalaan   yang komunikatif.
b)      Mengajak semua Jemaat, kelompok kategorial  serta Klasis menggunakan dan memanfaatkan semua jenis media komunikasi bagi karya penginjilan demi keselamatan manusia.
c)       Menyelenggarakan kesempatan secara berkala dan berkelanjutan di mana jajaran ada dibawah BPS berkomunikasi.
(4) Dalam mewujudkan umat yang berkomunikasi dengan masyarakat:
a)    Mengembangkan prakarsa-prakarsa  untuk berkomunikasi dengan gereja lain, pemeluk agama  dan  kepercayaan   lain,  masyarakat umum dan pemerintah.
b)    Menggunakan seluruh sarana   komunikasi yang ada guna meningkatkan komunikasi dengan gereja lain, pemeluk  agama  dan kepercayaan   lain,  masyarakat  umum  dan pemerintah.

6.      BIDANG POLITIK

  1. a.      Tujuan Pengembalaan
1)         Politik bermoral dan masyarakat berhati nurani
2)      Masyarakat hidup rukun dan damai pada tingkat akar rumput (Mat. 5:23-26).
3)      Umat sadar akan identitasnya sebagai warga negara dan sebagai warga Gereja (Mat. 5: 13 – 16).
b.     Langkah-langkah Pengembalaan
(1)     Dalam mewujudkan  politik  bermoral  dan masyarakat berhati nurani:
a)      Menyelenggarakan berbagai sarasehan, diskusi dan gladi untuk   membangun kesadaran sosial-politik umat Kingmi, dengan bekerja sama dengan ormas-ormas dan/ atau melalui berbagai wadah yang sesuai.
b)      Meningkatkan peran Komisi Kerasulan Awam dan Hubungan Antar-Agama dan Kepercayaan   untuk  mendukung   upaya membangun politik bermoral dan masyarakat berhati nurani.
c)      Membudayakan hidup jujur dan bertanggung jawab  terutama dalam  pekerjaan  masing-masing, dan turut serta berpartisipasi aktif dalam masyarakat.
(2)  Dalam   mewujudkan   masyarakat yang   hidup rukun dan damai pada tingkat akar rumput:
a)      Menjalin hubungan/kerjasama dengan seluruh lapisan dan  golongan  masyarakat demi kesejahteraan bangsa.
b)      Mengembangkan prakarsa (menjadi pelopor) kerjasama dengan   seluruh   lapisan   dan golongan masyarakat.
c)      Meningkatkan   kegiatan   dialog,   terutama dialog kehidupan dan karya di tingkat akar rumput.
d)      Mendorong   peran-serta   masyarakat  untuk memperkuat masyarakat-warga (civil society) dalai menciptakan kerukunan   dan kesejahteraan umum.
(3) Dalam mewujudkan umat yang sadar akan identitasnya sebagai warganegara dan sebagai warga Gereja:
a.   Terus-menerus menggugah kesadaran umat akan panggilannya sebagai  saksi (menjadi garam,  ragi  dan  terang  dunia)  di  tengah masyarakat.
b.   Mendorong pembentukan lembaga advokasi hukum dan  lembaga  swadaya masyarakat yang peduli pada persoalan politik lokal.
c.   Terus-menerus menggugah kesadaran umat akan hak dan   kewajibannya sebagai warga negara.
d.   Membina umat Kingmi agar menjadi insan yang   andal   dalam   pekerjaannya   masing-masing, termasuk mendorong terbentuknya wadah-wadah bagi kaum profesional Kingmi.

7.      PRASARANA DAN SARANA

a.     Permasalahan Prasarana dan Sarana

Dalam rangka mendukung penyelenggaraan tugas-tugas panggilannya, Gereja Kemah Injil (Kingmi) telah membangun sejumlah prasarana dan sarana yang terdapat di wilayah pelayanan. Namun patut diakui bahwa sebagaian dari prasarana dan sarana dimaksud belum termanfaatkan secara optimum. Hal ini terutama disebabkan oleh tidak lengkapnya fasilitas-fasilitas pendukung dan kurang terkoordinasinya kegiatan pembangunan dan pengelolaan parasana dan sarana termaksud dengan baik.

Khusus untuk penyelenggaraan KONSIN yang menyerap dana yang cukup besar dan sebagian di antaranya dibelanjakan untuk pengadaan prasarana dan sarana yang penggunaannya hanya sekali, diharapkan dapat dialihkan menjadi modal investasi sarana jika KONSIN pada waktu-waktu mendatang diselenggarakan secara tetap di Tana Di Tanah Papua. Selain itu, biaya operasional yang bersifat konsumtif dapat dialihkan untuk mendukung pengembangan ekonomi masyarakat Tana Di Tanah Papua.
  1. b.   Pengembangan Sarana-Prasarana:
1)      Peningkatan koordinasi dan kebersamaan dalam pembangunan sarana prasarana.
2)      Pengadaan tempat tetap pelaksanaan  KONSIN (convention hall) di Di Tanah Papua.

8.      PENATALAYANAN & KESEJAHTERAAN PENGERJA GEREJA

a.   Permasalahn Penatalayanan & Kesejahteraan Pengerja Gereja

       Mekanisme kerja dan Koordinasi antar unit kerja, antar jemaat, antar badan pelaksana keputusan pada semua jenjang, sampai saat ini masih belum berlangsung secara optimum. Sementara itu, perhatian sebagian jemaat terhadap kesejahteraan dan masa depan para pengerja gereja belum memadai, yang antara lain diindikasikan oleh tidak lancarnya penyetoran iuran dana pensiun ke BKG (Biro Kesejahteraan Gereja Kemah Injil (Kingmi)), dan ketidakmampuan Gereja Kemah Injil (Kingmi) memenuhi kewajibannya.

b.   Penatalayanan & Kesejahteraan Pengerja Gereja

1)      Pengembangan organisasi dan personalia.
2)      Penyelesaian tunggakan dana pensiun GEREJA.
3)      Peningkatan penggalangan dana.

c.1. Tujuan

  1. Menjadikan lembaga pendidikan yang dikelola Gereja Kemah Injil (Kingmi) STT dan YPPGI sebagai lembaga mitra masyarakat dan pemerintah yang handal dalam mengasilkan manusia-manusia yang cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual.
  2. Meningkatkan mutu proses belajar mengajar dan mutu keluaran lembaga pendidikan dalam lingkup Gereja Kemah Injil (Kingmi).
  3. Mendirikan kembali pos pelayan kesehatan yang didirikan misionaris atau lembaga pelayanan kesehatan Kingmi sebagai lembaga mitra masyarakat dan pemerintah yang handal dalam membangun masyarakat yang sehat.
  4. Melaksanakan pelayan kesehatan prima dan terjangkau
  5. Mendorong pemberdayaan potensi warga gereja dan warga masyarakat, baik dalam lingkup jemaat maupun pada lingkup yang lebih luas, secara berkelanjutan.
  6. Mengembangkan budaya cinta lingkungan dan keutuhan ciptaan
  7. Mengembangkan koordinasi dalam pembangunan dan pengelolaan sarana-prasarana.
  8. Meningkatkan efektivitas penatalayanan dan kesejahteraan para pengerja gereja.

c.2. Kebijakan Strategik/pola Implementasi

  1. Pemetaan potensi sumberdaya pendidikan Gereja Kemah Injil (Kingmi),  penyusunan program pengembangan dan penggalangan dukungan dari warga gereja dan para pemerhati bidang pendidikan
  2. Pemetaan potensi sumberdaya kesehatan Gereja Kemah Injil (Kingmi),  penyusunan program induk pengembangan dan penggalangan dukungan dari warga gereja dan para pemerhati bidang kesehatan
  3. Pemetaan potensi warga jemaat (subjek dan objek pelayanan diakonia), penggalangan potensi dan diseminasi informasi tentang potensi diakonia jemaat-jemaat
  4. Pengembangan pemahaman dan kesadaran warga gereja dan warga masyarakat tentang masalah-masalah lingkungan beserta upaya penanggulang­annya, dan menjalin jejaring dengan pihak-pihak pemerhati lingkungan, budaya dan pembangunan industri pariwisata
  5. Pemetaan potensi dan kondisi sarana-prasarana milik Gereja Kemah Injil (Kingmi) dan diseminasi informasi tentang kondisi dan kebutuhan pengembangan sarana-prasana termaksud
  6. Penyempurnaan organisasi berdasarkan tuntutan kebutuhan, pembinaan, dan pengembangan kesadaran jemaat dan para pengerja gereja untuk melakukan tugas-tugas/kewajiban-kewajiban mereka  secara bertanggung jawab.
RENCANA ANGGARAN BELANJA BPS GEREJA KEMAH INJIL (KINGMI) DI TANAH PAPUA UNTUK 1 TAHUN PELAYA
Share this article now on :