AUTOKRITIK: MENJADI GEREJA PENYEMBUH
(Dari KINGMI Getah Ubi Ke KINGMI Getah Otonomi Khusus)
By: Dominggus Pigay
A. Pengantar
Nakhoda
perahu memeriksa dan menimbang dengan seksama perahu dan
persediaan-persediaan lainnya dan pada akhirnya melihat kepada keadaan
cuaca yang mengijinkan ( Mohamad Achmad)
Hanya
engkau sendirilah yang akan menentukan masa depanmu. Engakau sendiri
yang tahu kalau Tuhan sedang bekerja dalam dirimu. Karena engkau
sendiri yang sedang berdialog secar pribadi dengan kekuatan luar
ataupun kekuatan dari dalam dirimu sendiri. Mengenal diri sendri adalah
pintu masuk untuk mengenal orang lain. Terlebih dahului bicaralah
kepada dirimu sendiri sebelum engkau berbicara dan berdialog dengan
orang lain. Karena lebih bermartabat jika engkau
berbicara dan mengkritik dirimu sendiri. Lantas apa program yang dapat
dikembangkan sehubungan dengan Agenda Periksa Diri (autokritik),
bagaimana menjalankan program Periksa Diri.
Ide
ini ditulis dalam bingkai dan spritualitas yang ingin menempatkan
gereja Kingmi sebagai pembawa obat yang dapat menyembuhkan sakit
penyakit orang Papua. Ret-reat Depertemen Perdamaian dan Keadilan
KINGMI Papua dalam kesempatan seperti ini obat yang akan mentahirkan
penderitaan orang Papua.
Tanda orang papua sedang skait ialah menigkatnya angka kematian melalui:
- Tindakan pelanggaran HAM berat (1963-dewasa ini)
- Makanan beracun
- Minuman keras
- HIV?AIDS menigkat drastic
- Orang Papua dalam ambang pemusnaan etnis/genocida menurut laporan: Universitas Yale Amerika 2002 dan Universitas Sydney 2003, buku Sendius Wonda “Tenggelamnya Rumpun Melanesia” tahun 2007.
- Konflik internal gereja yang memanjang antara KINGMI papua dan Gereja Pusat (GKII) yang harus diakhiri melalui jalur pengadilan.
Tulisan
ini secara sepintas akan menyinggung dan menampilkan potret wajah
KINGMI Papua dalam tiga masa periodisasi sejarah. Ide-ide sejarah
pelayanan ini adalah upaya dari bagian pengenalan jati
diri gereja. Kerena, sejarah ialah cermin diri. Pokok pikiran yang
dirunut dari iktisar sejarah gereja, tidak lain adalah studi diagnosa.
B. Periode KINGMI Getah Ubi (1962-1984)
Kingmi
pre intergrasi dalam wadah GKII, lebih berfokus kepada pelayanan
Pastoral dan bersifat rohani. Lebih memetingkan aspek penginjilan.
Membuka pos-pos penginjilan, melipatgandakan umat, membuka
sekolah-sekolah teologi, terjemahkan Alkitab, perbanyakan lagu
kemenangan iman. Tenaga pelayan kingmi kebanyakan didorong orang-orang
bumi putera. Misionaris berperan sebagai lembaga penyandang dana.
Jemaat local menjadi oksigen yang menghidupkan atau membiayai kehidupan
rumah tangga organisasi gereja. Gaji dibawah standar. Hidup dengan
hasil kebun. Para pekerja gereja tidak dapat mengembangkan potensi
sumber ekonomi. Kingmi masih dipengaruhi oleh tradisi teologi misi CMA
yang lebih memuja kehidupan wetwrnisasi (kebarat-baratan). Kaum
perempuan dilarang dilatik sebagai pendeta. Perempuan tidak
diperbolehkan memimpin, mengajar atau berkotbah di mimbar gereja. Dalam
hubungan dengan Keputusan Organisasi Gereja Ketua Sinode ikut pertemuan
di Amerika Serikat.
Wibawa
kepemimpinan gereja Sinode dan Klasis) dihormati. Dijemput dengan
tari-tarian adapt. Sama seperti menjemput pimpinan pemerintahan.
Mempunyai kewenangan untuk mengirim anak-anak papua untuk berpendidikan
ke luar negeri ditentukan oleh Ketua Sinode Kingmi (Pdt. Dr. Benny
Giay, Pdt. Dr, Noakh Nawipa dan Pdt. Geradus Adii di kirim ke Philipina)
Ada
perang obano 1956 masyarakat membunuh anak dari Ch.D Paksoal yang
bernama Rulland Lesnusa dan anak Rumaseb Pekerja Gereja Kingmi karena
dituduh menyebarkan penyakit mematikan bagi babi dan melakukan tindakan
pelehan seksual dengan memegang payudara para gadis saat itu.
30 Oktober 1961 Komite Nasional Papua berdebat membuat manifesto politik.
1
Desember 1961 ditetapkan sebagai Hari Kemerdekaan Papua Barat dibawah
panji mendera bintang kejora yang dirancang oleh Pemerintah Kerajaan
Belanda.
6 April 1962 konferensi I Gereja Kemah Injil dilaksanakan di Beoga dan melahirkan nama Gereja Kingmi Papua.
Perjanjian
New York (Yew York Agreement) 15 Agustus 1962. Indonesia, Amerika
Serikat dan Belanda menentukan status politik Papua Barat tanpa
mengikut sertakan gereja dan orang Papua dalam menysun perundingan demi
menentykan status politik Papua Barat.
1 Mei 1963 Papua dianeksasi oleh pemerintah RI.
Pecah
perang revolusi politik di Paniai tahun 1969 pasca plebisit, Gerekan
perjuangan Organisasi Papua Merdeka dan semangat ideology politik
tumbuh subur dan menyebar. Papua diberlakukan daerah DOM (Daerah Opersi
Militer oleh NKRI). Dengan berbagai operasi militer banyak
rakyat terbunuh. OPM hidup bergerilya memperjuangkan kemerdekaan
politik di hutan-hutan. Buku-buku teologi di STP Kebo dibakar.
Pecah
perang/gejolak social 1977 di Jayawijaya. Warga gereja di Walak,
Pyramid, Dani Lembah terusir dari tanah airnya dan mengungsi ke
hutan-hutan. Mereka lari kearah Kobakma menyebrang sungai Mamberamo dan
hingga ke Papua New Guinea (PNG). Di hutan mereka berlatih militer
sehingga membentuk Organisasi Papua Merdeka. Ada pula yang llari sampai
ke Lereh. Mereka terserang sakit Malaria, kelaparan dan sakit maag.
Banyak harta dan jiwa korban. Sekolah Teologi Pertama (STP) ditutup karena guru-guru dan siswa-siswanya mengungsi ke hutan-hutan.
Gereja
KINGMI tidak terlibat dalam peran pembelaan terhadap gejolak social,
ekonomi, politik atas warga gerejanya yang menjadi korban. KINGMI bisu
dan tidak berdaya menyatakan kesalahan dan dosa militer, Negara.
Teologi KINGMI belum mengembangkan fungsi pastoral terhadap para korban
kekerasan militer, pembangunan, ideologi politik.
Diakui
tenaga-tenaga ahli di bidang HAM, pengetahuan dan wawasan social
politik yang lebih luas belum ada dan doktrin teologi CMA yang brsifat
rohanisentris. Secara struktur belum ada Depatemen Perdamaian dan
Keadilan.
Inikah gereja yang sehat. Apakah model gereja seperti ini ialah gereja yang telah menyembuhkan?
C. GKII Wilayah Papua 1984-2005
KINGMI
berintegrasi dengan gereja nasional di bawah payung Gereja Kemah Injil
Indonesia pada tahun 1984 didorong oleh kepntingan Misionaris Amerika
untuk mengurus visa tinggal di Indonesia. Misionaris CMA memberi
ancaman kepada ketua Sinode Kingmi Papua Pdt. Yosia Tebay bahwa jika
tidak bersedia berintegrasi dengan GKII: 1) Memberhentikan beasiswa
bagi mahasiswa Papua yang sedang melanjutkan pendidikan di Sekolah
Tinggi Teologi Jaffray Makasar Ujung Pandang. 2) Tidak melayani MAF ke
daerah-daerah pedalaman.
Aspirasi
papua Merdeka, Pelanggaran HAM atas warga gereja karena represif
militer, kejahatan kemnusiaan diabaikan, pembakaran gereja tidak
diperhatikan, penembakan atas para pekerja gereja dibiarkan. HAM
dipandang sebagai bagian dari politik.
14
Desember 1988 di Lapangan Mandala Jayapura Dr. Tom Wanggai, MPA
Memploklamirkan Kemerdekaan Negara Melanesia Barat. Seterusnya ia
diadili didepan pengadilan negeri jayapura dan diberi vonis penjara dan
diasingkan di Kalisoso.
18
Maret 1996 demosntrasi dan kerusuhan massal rakyat papua di jayapura
karena tewasnya Thomas Wopai Wanggai di Penjara Kalisoso. Mayatnya
dikirim ke Jayapura, namun masyarakat Papua belum melihat jasadnya,
karena dihalangi militer.
Thaun
1996 basis wilayah pelayanan gereja kemah injil Irian Jaya yang
meliputi klasis/daerah Mapnduma, geselama, Jila, bela dan Alama
diserang militer dengan membakar gereja, menembak pendeta, memperkosa
anak gadis, membakar rumah-rumah masyarakat dan kebun-kebun serta
membunuh habis ternak piaraan masyarakat. Karena didorong oleh
peristiwa penyerangan dan penyisiran militer tersebut maka Dr. Benny
Giay bersama-sama dengan pihak GKI dan Katolik mendirikan El-SHAM Papua. Saat
itu mahasiswa dari GKII turun demo di depan gedung DPRD Irian Jaya dan
bermalam disana selama tiga hari. Sementara itu GKII wilayah Papua
mengadakan pengumpulan aksi dana melalui ibadah di gedung sasana krida.
Ketua wilayah Papua Pdt. Jhon Gobay yang juga menjabat sebagai
penasehat PT. Freeport terbang dengan helicopter bersama TNI-AD ke
Jila, Mbela, Alama dan Geselama.
Pada
21 Mei 1998 terjadi Reformasi Nasional yang ditandai dengan lengsernya
Presiden Soeharto. Orang Papua secara bebas mengekspresikan gerekan
kemerdekaan melalui serangkaian aksi pengibaran bendera bintang kejora.
Satgas Papua dibentuk. Bendera kejora dikibarkan dengan semangat di
berbagai pelosok Tanah Papua.
Tahun
1999 di bentuk FORERI untuk memfasilitasi pertemuan yang dikenal dengan
Dialog Nasional antara team 100 dan Presiden R.I.B.J.Habibie di istana
merdekan Jakarta tanggal 26 Februari 1999. FORERI (Forum Rekonsiliasi
Rakyat Irian Jaya) di ketuai Pdt. Dr.Benny Giay, Ph.D. Delegasi papua
yang diketuai oleh Thom Beanal menuju ke Jakarta dan secara bulat team
100 minta Kemerdekaan Politik bagi orang Papua Barat.
Tahun
2000 Musyawarah Besar Papua dilaksanakan di Hotel Sentani Indah.Agus
Alua,M.Th dan Taha Alhamid ditunjuk sebagai ketua dan sekertaris
panitia Kongres Papua ke-2.
29
Mei-3 Juni 2000 Kongres Papua diselenggarakan di gedung Olah Raga
Cenderawasih Jayapura. Kongres Papua membahas agenda pokok: 1)
Pelurusan Sejarah Papua Barat, 2) Agenda Politik (Alat-alat Kenegaraan
dan Symbol Politik: Bendera, Lagu Kebangsaan, dll), 3) Konsolidasi
Komponen Papua, dan 4) Hak-hak Dasar Rakyat Papua. Di
sinilah dibentuk PDP (Presidium Dewan Papua) yang diketuai oleh Theys
Hiyo Eluay. Wakil ketua Tom Beanal.
Tahun
2001 untuk mengakhiri pertarungan ideology papua merdeka yang
dikobarkan oleh masyarakat semesta papua untuk memisahkan diri dari
NKRI melalui mekanisme politik nasional (Dialog Nasional) dan mekanisme
politik internasional melalui Dialog Internasional yang melibatkan PBB
sebagai wasit. Serta meminta pengakuan kedaulatan politik Bangsa papua
yang sudah diploklamirkan pada 1 Desember 1961. symbol politik bangsa
papua barat. Kejora sebagai bendera nasional papua barat. Hai tanahku
papua sebagai lagu kebangsaan. One people one soul sebagai adgium
politik. Semuanya itu dijawab dengan Undang-Undang Nomor 21/2001
tentang Otonomi Khusus bagi Propinsi papua di bawah pemerintahan
Megawati-Hamka Haz. Gubernur papua pertam yang mennikmati dan
mengunakan uang otonomi khusus adalah Drs. Jaap Pervidia Solosa, M.Si.
otonomi khusus adalah undang-undang konspirasi politik dan kejahatan
global untuk mengeksploitasi dan sebagai mesin pencetak kekerasan dan
kejahatan secara rapih dan sistematis.
10
November 2001 Theys hiyo Eluay Ketua Presidium Dewan Papua dibunuh oleh
Korps Pasukan khusus (Kopasus). Mayatnya ditemukan warga di Koya Koso.
Masyarakat membakar sejumlah toko di sentani sebagai bentuk protes. 2
tahu kemudian Pdt. Dr. benny Giay menulis buku “Tanggapan Mayarakat
papua terhadap Kematian Theys Hiyo Eluay pada 10 November dan
mengadakan acara beda buku di Aula STT I.S.Kijne. Pasca kematian Theys
Hiyo Eluay seluruh gerekan aksi massa yang meminta kemerdekaan mati.
Kelompok angkatan muda mulai bersuara sejak 2005.
7
Desember 2000 aparat kepolisian dari kesatuan brimob papua dan polresta
jayapura menyerang pemukiman warga pegunungan tengah di jayapura dan
asrama-asrama mahasiswa. Dari penyerangan tersebut menyebabkan
terjadinya pelanggaran HAM berat. Kasus tersebut disidangkan di Makasar
pada 7-8 Maret 2005 melalui pengadilan Ham berat berdasarkan UU No. 26
tahun 2000. Para pelaku yakni Jonny Wainal Usman (Kasat Brimob Irja)
dan Drs.Daud Sihombing (Kapolresta Jayapura) sebagai tersangka diberi
vanis bebas.
Tahun
2002 konferensi wilayah ke 7 di Nabire, Biro Perdamaian dan Keadilan
dibentuk. Pdt.Geradus Adii, M.Div terpilih sebagai ketua wilayah.
Pemilihan ketua wilayah pada saat itu disinyalir ada unsure money
politik.
Dalam
Rapat Kerja GKII Wilayah Papua 2003 di Kam Key Aepura disepakati
kembali ke Sinode Papua. Namun Rakernas GKII di Manado menolak ide
kembali ke Kingmi Papua.
20 Juni 2005 Pdt.Geradus Adii,M.Div meninggal dunia. Benih konflik menyebar sampai ke serabut gereja yang paling dalam
sekalipun. Terjadi ketegangan antara Pusat di Jakarta dengan Gereja
Kingmi Papua. Konflik antar warga gereja di Papua tumbuh dengan subur.
Juli
2005 Pdt. Paksoal (Ketua GKII Pusat) menertbitkan surat keputusan
pengangkatan Pdt.Jhon Gobay, S.Th sebagai carateker ketua wilayah GKII
Papua dengan memberhentikan Pdt. Seblum Karubaba sebagai ketua wilayah
Papua . ibadah pelantikan dilaksanakan di gereja GKII Ebenhaeser
Sentani. Massa Kingmi berdemonstrasi menolak keabsaan SK tersebut.
Pemilu
2005 banyak pendeta melibatkan diri dalam Partai Politik dan hendak
menjadi anggota Legislatif. Ada tiga kelompok pandangan teologi politik
yang berkembang dalam merumuskan keterlibatan Pendeta dalam Legislatif.
Kelompok
pertama yang menganut teologi Hak Asasi Manusia berpandangan bahwa
keabsahan hak berpolitik seseorang adalah mutlak. Tuhan mengaruniakan
kebebasan kepada siapa saja untuk memilih dan menentukan arah dan
tujuan hidup. Menjadi legislative adalah haka setiap warga Negara tanpa
memandang status, profesi yang melekat pada manusia sebagai son politikon (manusia adalah mahkluk yang berpolitik).
Kelompok
kedua menganut Teologi Kristen Radikal. Kelompok ini mengklaim bahwa
Pendeta adalah pelayan Tuhan di gereja (dalam peribadatan suci) tidak
perlu mencemarkan diri dalam dunia politik. Politik sekuler harus
dijauhkan dari kehidupan pelayanan suci. Politik dan gereja adalah
bedah.
Kelompok
ketiga, kelompok pendeta Liberalis. Kelompok ini memandang politik yang
cemar perlu di garami dan diterangi dengan ajaran Kristus. Pendeta yang
mempunyai ketahanan iman akan membawa nilai-nilai baru dalam menerangi
lembaga legislative yang kehilangan kekuatan kebenaran.
31 Oktober 2005 Majelis Rakyat Papua dilantik oleh menteri dalam negeri pemerintah NKRI.
Tahun
2005 semangat perjuangan papua barat dikumandangkan kembali secara
berkobar-kobar oleh kelompok-kelompok mahasiswa. Aksi demonstrasi
missal yang dipelopori oleh organ-organ masyarakat papua mulai
bertumbuh. Organ-organ yang dibentuk mempelopori gerakan kemerdekaan:
Parlemen Jalanan Papua, Front Persatuan Perjuangan Rakyat papua barat
(Front-Pepera), Solidaritas mahasiswa papua (SONAMAPA), Asosiasi
Mahasiswa Pegunungan tengah Indonesia (AMPTPI), Aliansi Mahasiswa
Papua, Koalisi Rakyat Sipil Papua, FNMP, Komite Mahasiswa Papua,
FPNDPB, Komite Nasional Papua Barat (KNPB).
Juli 2005 dua orang anggota Kongres Ameriks Serikat Donald Payne dan Enny Valeomavaega menyatakan dukungan terhadap
Pergerakan Politk Papua ke dalam NKRI melalui PEPERA 1969, hal itu
dituding tidak demokratis sehingga perlu ditinjau kembali. Referendum
ialah solusi bagi Papua. Perjuangan kedua anggota konggres tersebut
melahikan Rancangan Undang-Undang H.R.2601, yang selanjutnya akan di
bahas di tingkat Senat Amerika.
Atas
dasar kondisi dan eskalasi politik tersebut pada 4 Agustus 2005 di
Jayapura dibentuk sebuah Badan “ Koalisi Nasional Bagi Papua Barat”
(West Papua For National Coalization). Badan ini akan mengakomodir
semua komponen perwakilan masyarakat, faksi-faksi perjuangan yang
bertujuan memerdekakan bangsa Papua. Badan ini akan menghimpun tokoh
masyarakat, tokoh agama, tokoh perempuan tokoh pemuda dan seterusnya.
Bandan ini dibentuk dalam rangkah mengkaunter orang papua, baik yang
ada dalam negari seperti pejabat-pejabat pemerintah yang ada di tingkat
propinsi, pusat atau kelompok masyarakat lainnya yang hendak menjadikan
kendaraan demi kepentingan kekuasaan Indonesia untuk berbicara diluar
negeri tentang ststus Papua tanpa mendapat dukungan atau izin dari
KNBPB. Atau orang Papua dan orang asing lainnya yang berada di luar
negeri untuk berbicara.
6
Agustus 2005 Tokoh-tokoh agama Papua diantaranya: Leo Laba Ladjar OFM
(Uskup Jayapura), Drs. Husein Dg Zubaer (MUI), Pdt.Herman Saud, M.Th
(Ketua Sinode GKI di Tanah Papua), Pandita Arya Bohdi Jasmani
(Sekertaris Budahyana Provinsi Papua), dan Drs. I Wayan Sudha (Ketua
Parisada Hindu Dharma Propinsi Papua) mengadakan konfrensi pers di
kantor Keuskupan Jayapura menyikapi keberadaan RUU HR 2601. mereka
menyatakan kesepakatan bersama bahwa: Jaga Papua Tanah Damai.
31
Agustus 2005 Dr. Naokh Nawipa memberikan seminar tentang kekerasan
dalam pendidikan teologi di tanah Papua. Kekerasan yang ditampilkan
berpijak pada teori Johan Galtung dan Dom Helder Camara tentang Spiral
Kekerasan.
14
november 2005 Sekolah Tinggi Teologi Walter Post bekerja sama dengan
Persekuatuan gereja-Gereja Baptis Papua menyelenggarakan seminar beda
buku yang ditulis Pdt. Sofyan Yoman yang berjudul “ Orang Papua Bukan
Separatis, Makar dan OPM dan Penentuan Pendapat rakyat (PEPERA) 1969
Tidak Demokratis. Acara beda buku dan seminar ini dilaksanakan dalam
rangka menyambut peluncuran buku Penelusuran Sejarah Papua yang ditulis
oleh Prof. dr. Drooglever di negeri Belanda. Tampil sebagai pembeda
buku: Aloysius Renwarin, SH, Dr. Benny Giay, Sofyan Yoman. Dr. Noakh
Nawipa bertindak sebagai moderator dan Dominggus Pigay sebagai notulis.
Peluncuran buku ini dilaksanakan di aula STT Walter Post Jayapura.
15
Februari 2005 Prof. Dr. Drooglever meluncurkan buku tentang Pelurusan
Sejarah Papua. Dilapangan Trikora Abepura Bnedera Aliansi Mahasiswa
Papua dan Front PEPERA berkibar. Mereka melakukan demonstrasi damai
dengan orasi-orasi.
16
Maret 2006 Abepura berdarah. Empat orang aparat milter tewas dalam aksi
demonstrasi mahasiswa yang menuntut Perusahan PT.Freeport ditutup.
Dampak peristiwa itu menyebabkan banyak mahasiswa lari kehutan-hutan dan Selfius Bobii beserta teman-temannya ditangkap dan dipenjarakan.
Inikah gereja yang telah menjadi Gereja Penyembuh?
D. Kingmi Getah Otonomi Khusus
Kingmi yang kini kembali melalui Amandemen pasal 19 Ayat 2 dan 3 dalam Konfrensi Nasional Maret 2006 di Kinasi Bogor keluar dengan kepentingan Otonomi Khusus sebagai landasan hukum formal.
Kingmi
disahkan melalui Konferensi Wilayah ke-8 di Nabire. Pengurus Sinode
yang terbentuk disebut Sinode transisi. Lama kepengurusan 3 tahun
2006-2009.
Kepengurusan
sinode ditunjuk dalam Konferensi GKII Wilayah ke-8 di Nabire
berdasarkan utusan suku dan daerah. Bukan berdasarkan Potensi dan
Karunia. Yang ditunjuk sebagai ketua Sinode adalah Pdt.Seblum Karubaba,
S.Th, MA, Dr. Noakh Nawipa,Ed.D sebagai Sekertaris Umum dan Pdt. Agus
Tebay, S.Th sebagai Bendahara Umum. Representasi
cultural dan dan Etnis menjadi tujuan dan sasaran pokok. Pdt. Paul
Paksoal sebagai Ketua Umum tidak menghadiri pertemuan itu. Program
Kerja D4 (Doa, Data, Daya dan Dana) dengan tema “Berubah Untuk Menjadi
Kuat” (Roma 12:1-2) disepakati untuk dilaksanakan.
30 Desember 2006 terjadi penyerangan, pemukulan, dan pengrusakan Kantor Sinode Papua oleh pihak GKII Wilayah Papua.
Februari
2007-2008 Paul Paksoal menggugat Kingmi Papua di Pengadilan Negeri
kelas I A Jayapura dan Pengadilan Tinggi jayapura dengan pokok perkara
Kepemilikan Asset. Kingmi menang mutlak atas dua perkara berturut
tersebut. Yang menjadi Kuasa hukum Kingmi Papua adalah Stev Waramori,
SH dan Godlief Mansi, SH.
30
April 2007 Pengadilan kelas I A Jayapura menolak semua gugatan yang
diajukan oleh Pdt. Paul Paksoal Ketua Umum GKII di Jakarat yang
menggugat Pdt.Seblum Karubaba atas nama sinode Kingmi.
Kopasus
dan satgas merah putih mendampingi Sinode Papua saat ibadah Pengucapan
Syukur 20 Juni 2007. Sedangkan Kepolisian mendampingi GKII untuk
menurunkan Papan Nama Kingmi Papua yang baru ditabiskan. Pada tahun 2007 itu juga dibentuk PT.Kemah Papua. Pdt. Dr.Noakh Nawipa ditunjuk sebagai Direktur Utama.
Asia
Internasional Finance mengkampanyekan program global warming “upaya
penyelamatan hutan dari ancaman pemanasan global” dalam Pekan Rohani
Olah raga dan Seni Departemen Pemuda Kingmi Papua di Timika pada
Oktober 2007 dengan membantu dana sebesar Rp.600 juta. Membagi baju
kaos sebagai bentuk kampaye public.
Pdt.
Henrik Willem membangun mitra dengan Kingmi Papua, menyelengarakan
kebangunan rohani diseluruh tanah Papua dan Indonesia. Tim KKR ini
dinamakan Papua Propetic Call (PPC).
Juli
2010 konferensi perdana Kingmi Papua di Wamena. Konferensi berjalan
cukup alot. Dalam Konfrensi tersebut Pdt.Dr. Benny Giay terpilih
sebagai ketua sinode Gereja Kingmi Papua yang baru.